ADA banyak alasan kenapa seseorang menjadi guru
(atau akhirnya menjadi guru). Motivasi paling murni adalah adanya keinginan
untuk mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan dan menanamkan nilai dalam diri
siswa. Dengan motivasi ini seseorang akan berada dalam jalur beramal jariyah,
suatu aktivitas amal tiada putus.
Hilangnya motivasi ini akan menjadikan aktivitas
guru sebagai transaksi ekonomi belaka, tanpa gairah dan perbaikan dalam diri
siswa. Fungsi guru yang kompelit, penuh tuntutan dan tanggung jawab
menyebabkan posisi guru sangat menentukan dalam sistem pembangunan
masyarakat. Diakui pula bahwa guru menjadi ujung tombak pendidikan, karena ia
langsung berhadapan dengan lingkungan belajar siswa secara formal.
Saat Indah Itu..
Dalam melaksanakan tugasnya banyak faktor yang
memengaruhi capaian kerja guru. Banyak pula pernak pernik interaksi edukatif
yang terbangun bersama para siswa diiringi pengalaman yang
melingkupinya. Seorang guru yang bijak akan dapat memaknai bahwa kenangan pahit
dan manis dalam tugasnya akan menjadi lukisan keindahan tersendiri.
Namun bila berkaca pada makna seorang guru dan
keindahan yang layak dituliskan, maka ada beberapa poin yang bisa menjadi
refleksi.
Pertama, saat sang guru dapat membawa siswa
kepada pengertian yang baru. Ini bentuk kognivisme, tapi dalam pendekatan
modern, pemahaman siswa dibangun secara bersama dengan keterlibatan siswa,
bukan semata lewat penyampaian verbal dan monoton.
Kedua, saat capaian pemahaman itu berdampak pada
perilaku siswa. Ketika ia belajar Ekonomi, muncul sesudahnya sikap produktif,
berkarya dan hemat. Begitu juga saat belajar Biologi, siswa sampai pada
kesadaran bahwa semua desain makhluk, dari unsur hidup terkecil semuanya dalam
kendali Allah sebagai Pencipta dan Pengatur.
Ketiga, terbangun hubungan saling menghargai,
memperbaiki dan mendukung. Aspek ini kiranya tak akan tergantikan dengan
teknologi secanggih apapun. Sebab dengan hubungan ini, sifat sifat kemanusiaan
kita akan terealisasi. Dan seorang guru dengan kecakapannya akan dapat
menghidupkan potensi terbaik dari siswa. Entah itu dengan pendekatan personal
di kelas atau dengan bimbingan khusus tertentu.
Hubungan yang terbangun ini menjadi perekat
walaupun sang murid sudah pindah ke jenjang selanjutnya atau bahkan sudah
bekerja. Lebih indah lagi bila keduanya (guru dan murid tadi) saling mendoakan
meskipun mereka tak lagi bertatapan di kelas.
Maka hilangnya poin di atas dalam interaksi di
sekolah akan menyisakan kepahitan yang tiada penawarnya selain meminta
bimbinganNya. Sebab selalu saja kita jumpai perilaku siswa yang menyimpang dan
tidak menunjukkan sikap menghargai dan menghormati gurunya yang pernah memberi
"warna" (batu bata kecil) dalam bangunan cita yang ia capai kini.
Semoga Alllah selalu Merahmati para guru kita
Imam Irfa’i (Guru BK )
0 komentar:
Posting Komentar